Sabtu, 20 Juni 2015

Anak Kecanduan Game



Dewasa ini telah banyak kita ketahui, bahwa perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sangat cepat dan semakin canggih. Karena sedemikian cepatnya tanpa kita sadari telah mengalahkan perkembangan peradaban masyarakat. Pengaruh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terhadap pola hidup masyarakatpun semakin kuat, pola hidup yang dulunya tradisional sekarang ini berkembang menjadi pola hidup yang semakin kompleks dan modern.
Dikutip dari buku Mozaik Tekonologi Pendidikan karya Dewi Salma Prawiradilaga mengatakan bahwa Teknologi Informasi (TI) adalah salah satu hal yang sulit lepas dari kehidupan manusia, karena telah ada sejak berabad-abad lalu dan terus berkembang hingga zaman sekarang. Tanpa adanya TI manusia akan sulit untuk berkomunikasi dan menyampaikan informasi dengan sesama. TI banyak sekali memiliki peranan dan dampak dalam berbagai bidang baik itu pendidikan, kesehatan, politik, sosial-budaya, keamanan, ekonomi bahkan hiburan yangmana berarti bahwa kemajuan teknologi tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat.
Perkembangan teknologi informasi ini memberikan dampak yang begitu besar terhadap perubahan nilai-nilai yang ada pada masyarakat. Misalkan yang ada pada masyarakat Indonesia baik di perkotaan maupun di pedesaan, seperti pengaruh radio, televisi, telepon, HP, gedget dan lain-lain yang tidak hanya melanda masyarakat di perkotaan namun juga telah dapat dinikmati oleh masyarakat di pedesaan. Akibatnya semua informasi baik positif maupun negatif dapat dengan mudah didapatkan oleh masyarakat, dan tanpa disadari dapat mengubah pola hidup dan pola pemikiran masyarakat. Terutama bagi anak-anak yangmana masih dalam masa perkembangan dan cenderung meniru sesuatu yang dilihatnya.
Bermain game akan memberikan kesenangan tersendiri untuk anak-anak, karena ketika mereka bermain game anak lebih bebas dengan dunia mereka yaitu dunia game. Yangmana di dunia game anak akan menjadi orang yang lebih berkuasa apalagi jika anak telah menguasai game yang dimainkan. Misalnya, seorang anak yang di dunia nyata sedang mengalami masalah di sekolah tidak dihargai dan dikucilkan oleh teman-temannya, sehingga anak berpikir bahwa ia tidak berguna di dunia nyata. Sedangkan, di dunia game bisa saja ia menjadi pahlawan bahkan menjadi raja yang bisa menguasai semuanya dan merasa lebih dihargai dan berguna untuk yang lain. Jadi anak tersebut seakan menjadi seorang pecundang di dunia nyata, tetapi ia bisa menjadi pahlawan di dunia game. Dari sinilah terjadi masalah tentang anak yang kecanduan game
Anak yang kecanduan game ini sudah marak sekali terjadi di masyarakat zaman sekarang. Menurut pengalaman saya, masalah kecanduan ini diakibatkan yang pertama, karena kurangnya pendampingan dari orang tua. Disini orang tua kebanyakan membiarkan anak-anak mereka yang sedang bermain game dan tidak mendampingi. Bahkan ada orang tua yang merasa lebih tenang ketika anak-anak mereka sedang bermain game, karena orang tua akan memiliki waktu untuk mengurus rumah atau melakukan kegiatan lain dan merasa kewajiban mendampingi atau mengurus anak sudah terwakili. Ketika anak bermain game anak cenderung tidak banyak tingkah dan lebih tenang. Sehingga, orang tua tidak terlalu khawatir dan tidak melakukan pendampingan.
Yang kedua, orang tua yang terlalu memanjakan anaknya. Maksudnya di sini adalah ketika seorang anak yang seharusnya belum waktunya untuk memiliki getged dan sejenisnya, tetapi orang tua membelikan dan memberikan kebebasan memiliki getged tanpa adanya pengawasan. Sehingga, yang seharusnya anak itu bermain dengan teman sebayanya, tetapi anak-anak lebih memilih untuk bermain dengan getged yang telah mereka miliki dan cenderung bersifat individual serta susah untuk bergaul dengan teman sebayanya.
Sekarang telah kita ketahui, bahwa dibalik game yang kadang membuat anak lebih tenang dan mengurangi kekhawatiran orang tua justru memiliki dampak negatif yang lebih kompleks lagi, jika orang tua tidak melakukan pengawasan dan pendampingan yang intens terhadap game yang dimainkan oleh anak. Dari setiap masalah yang ada pasti akan ada cara untuk bisa menyelesaikannya, termasuk juga masalah kecanduan game ini. Beberapa cara yang dapat dicoba dan diterapkan untuk mengatasi masalahanak yang kecandua game adalah:
1.    Sediakan waktu yang lebih banyak untuk bersama dan menemani anak. Agar anak merasa lebih diperhatikan dan tidak kesepian. Serta berikanlah permainan yang menarik dan bermanfaat untuk menggantikan game yang disenangi.
2.    Rencanakan waktu untuk keluar rumah bersama untuk bermain dengan teman-temannya, agar anak bisa bersosialisasi dan tidak selalu berada di dalam rumah serta tidak terpaku pada game.
3.    Kembangkanlah cara berkomunikasi yang baik dan lebih enak serta nyambung dengan anak.
4.    Berikanlah reward kepada anak ketika anak berhasil melakukan sesuatu, baik dalam hal yang berhubungan dengan sekolah maupun non sekolah. Sehingga anak merasa lebih dihargai dan tidak terlalu tergantung lagi dengan game yang disenangi, karena sudah merasa dianggap.
5.    Usahakan memahami kebutuhan anak, dengan cara mempelajari game-game yang dimainkan oleh anak.
6.    Jangan marah-marah kepada anak ketika mereka sedang bermain game. Karena akan membuat mereka semakin merasa tidak dihargai dan membuat mereka terluka. Bujuklah anak-anak dengan kata-kata yang indah dan penuh kasih sayang.
7.    Berilah pengawasan kepada anak ketika mereka sedang bermain game. Agar game yang dimainkan oleh anak sesuai dengan mereka dan mengurangi dampak negatif yang akan muncul dari game tersebut.
Beberapa cara diatas jika dilihat dari perspektif Al-Qur’an dapat dilihat dalam surat Al-Baqarah ayat 233
والوالدات يرضعن أولادهن حولين كاملين لمن أراد أن يتم الرضاعة و على المولود له رزقهن و كسوتهن بالمعروف لا تكلف نفس إلا وسعها لا تضار والدة بولدها ولا مولود له بولده و على الوارث مثل ذلك.....(البقرة <2>:233)
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya. Ahli warispun (berkewajiban) seperti itu pula....”.
Dari ayat ini dapat dijelaskan bahwa, kewajiban orang tua adalah memberi nafkah kepada anak-anak mereka, nafkah tidak hanya selalu berupa materi atau benda yang berwujud. Tetapi perhatian, pengawasan, waktu bersama dan kasih sayangpun merupakan nafkah yang harus dipenuhi kepada anak-anak sebagai tanggung jawab dari orang tua. Dari ayat ini juga orang tua diwajibkan mengetahui kebutuhan dari anak-anak. Kebutuhan apa yang dibutuhkan anak dan apa yang tidak harus dipenuhi terlebih dahulu.
Ayat lain yang berkaitan adalah surat An-Nahl ayat 97
من عمل صالحا من ذكرأو أنثي وهو مؤمن فلنحيينه حيوة طيبة و لنجزينهم أجرهم بأحسن ما كانوا يعملون. (النحل <17>:97)
Artinya: “ Barang siapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami berikan balasan dengan pahala yang lebih baik dari yang telah mereka kerjakan”.
Ayat di atas menerangkan bahwa, Allah akan memberikan balasan kepada hamba-Nya yang mau berbuat kebaikan yangmana menjadi contoh untuk orang tua memberikan hadiah atau reward kepada anak-anak, ketika mereka berhasil melakukan sesuatu yang baik dan benar agar mereka merasa lebih dihargai. Dikutip dari buku Cara Islam Mendidik Anak-anak Syekh Khalid mengatakan, bahwa sesungguhnya pendidikan anak tidak akan baik kecuali dengan pemahaman yang cermat dan sempurna disertai dengan kesabaran yang terus menerus terhadap gerakan anak dan tindakannya yang tanpa pertimbangan.
Selain dilihat dari perspektif Al-Qur'an, juga dapat dilihat dari perspektif Hadits. Sebuah hadits yang berarti, “ Rasulullah bersabda: Mudahkanlah jangan dipersulit. Gembirakanlah, jangan membuat mereka lari”. Hadits ini berarti bahwa, ketika orang tua berbicara dengan anak-anak mereka seharusnya menggunakan bahasa yang enak dan nyambung untuk anak-anak yang membuat mereka lebih nyaman dan tidak merasa terganggu. Jangan menggunkan bahasa atau suara keras yang cenderung seperti orang yang sedang marah, karena akan membuat anak-anak tidak nyaman dan merasa terancam.
Hadits lain yang berkaitan adalah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi “Dari Usamah bin Yazid yang berkata: saya mengetuk pintu rumah Rasulullah SAW. Karena ada keperluan. Lalu keluarlah Rasulullah sembari menyelimuti sesuatu yang tidak aku tahu. Ketika keperluanku selesai, aku bertanya: ‘apa yang Engkau selimuti ya Rasulullah?’. Lalu Rasulullah membukanya dan terlihatlah Hasan dan Husain, lalu Rasulullah bersabda: ‘keduanya adalah putraku, putra dari anak perempuanku. Sesungguhnya aku menyayangi mereka dan menyukai orang menyayangi mereka”. Hadits ini menunjukkan betapa sayangnya Rasulullah kepada anak-anak dan memberikan contoh kepada orang tua agar memberikan kasih sayang yang selayaknya harus diberikan kepada anak-anak mereka dengan kelembutan dan kasih sayang anak-anak akan lebih mengerti dan menurut apa yang diinginkan oleh orang tua. Atau bisa dikatakan orang tua memberikan pendidikan yang bersifat humanis.
Di atas telah dijelaskan dalam perspektif Al-Qu’an dan Hadits, sekarang dilihat dari perspektif teori belajar. Dilihat dari teori behavioristik yang mana berpendapat bahwa, tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh reward dan reinforcement dari lingkungan. Yang mana dapat diartikan bahwa, ketika seorang anak itu melakukan sesuatu yang baik seharusnya orang tua memberikan hadiah yang layak, juga memberikan pengutan agar anak mau melakukan sesuatu yang baik yang sudah pernah dilakukannya serta orang tua dapat mengontrol dan mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan oleh anak-anak.
Teori humanistik, merupakan sebuah teori yang mengungkapkan bagaimana seseorang itu bisa mendidik manusia dengan cara yang manusiawi. Yangmana teori ini sering dikatakan dengan teori memanusiakan manusia. Di sini, menurut teori ini orang tua ketika ingin mendidik anak harus tau bagaimana kebutuhan anak  yang sebenarnya, bagaimana orang tua memberikan perilaku yang baik kepada anak-anak, sehingga anak-anakpun tidak merasa kecewa dengan apa yang orang tua mereka lakukan dan mau melaksanakan apa yang diinginkan oleh orang tua. Dan orang tuapun harus memiliki waktu yang lebih banyak untuk anak-anak mereka.
  Dilihat dari teori neorosains, dimana pendidikian itu didasarkan pada bagaimana kemampuan si anak. Dari teori ini orang tua seharusnya, medidik anak dengan cara, yang pertama bagaimana orang tua itu bisa mengerti bagaimana perasaan anak pada saat itu, yaitu orang tua memberikan sentuhan emosional kepada anak, jika anak sedang bermain game, maka orang tua harus mengenal game-game yang anak-anak suka dan jika bisa orang tua juga harus bisa mempelajarinya. Selanjutnya, orang tua seharusnya menggunakan bahasa yang enak, nyambung dan nyaman untuk anak-anak ketika orang tua ingin membujuk anak untuk berhenti bermain game. Karena, anak-anak akan lebih senang jika mereka bisa mendapatkan kasih sayang yang selayaknya.
Anak-anak, merupakan harta terpendam orang tua yang harus benar-benar dijaga. Anak-anak memiliki dunia mereka sendiri, mereka bisa bahagia dengan cara mereka sendiri dan mereka juga bisa bersedih dengan cara mereka sendiri. Tugas orang tua untuk memberikan pengawasan dan kasih sayang kepada mereka, agar mereka mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya dan tidak tersesat ke jalan yang membuat mereka bersedih dan menyesal.

0 komentar:

Posting Komentar