Dewasa ini telah banyak kita ketahui, bahwa perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi sangat cepat dan semakin canggih. Karena
sedemikian cepatnya tanpa kita sadari telah mengalahkan perkembangan peradaban
masyarakat. Pengaruh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terhadap
pola hidup masyarakatpun semakin kuat, pola hidup yang dulunya tradisional
sekarang ini berkembang menjadi pola hidup yang semakin kompleks dan modern.
Dikutip dari buku Mozaik Tekonologi Pendidikan karya Dewi
Salma Prawiradilaga mengatakan bahwa Teknologi Informasi (TI) adalah salah satu
hal yang sulit lepas dari kehidupan manusia, karena telah ada sejak
berabad-abad lalu dan terus berkembang hingga zaman sekarang. Tanpa adanya TI
manusia akan sulit untuk berkomunikasi dan menyampaikan informasi dengan
sesama. TI banyak sekali memiliki peranan dan dampak dalam berbagai bidang baik
itu pendidikan, kesehatan, politik, sosial-budaya, keamanan, ekonomi bahkan
hiburan yangmana berarti bahwa kemajuan teknologi tidak bisa lepas dari
kehidupan masyarakat.
Perkembangan teknologi informasi ini memberikan dampak
yang begitu besar terhadap perubahan nilai-nilai yang ada pada masyarakat.
Misalkan yang ada pada masyarakat Indonesia baik di perkotaan maupun di
pedesaan, seperti pengaruh radio, televisi, telepon, HP, gedget dan lain-lain
yang tidak hanya melanda masyarakat di perkotaan namun juga telah dapat
dinikmati oleh masyarakat di pedesaan. Akibatnya semua informasi baik positif
maupun negatif dapat dengan mudah didapatkan oleh masyarakat, dan tanpa
disadari dapat mengubah pola hidup dan pola pemikiran masyarakat. Terutama bagi
anak-anak yangmana masih dalam masa perkembangan dan cenderung meniru sesuatu
yang dilihatnya.
Bermain game akan memberikan kesenangan tersendiri untuk
anak-anak, karena ketika mereka bermain game anak lebih bebas dengan dunia
mereka yaitu dunia game. Yangmana di dunia game anak akan menjadi orang yang
lebih berkuasa apalagi jika anak telah menguasai game yang dimainkan. Misalnya,
seorang anak yang di dunia nyata sedang mengalami masalah di sekolah tidak
dihargai dan dikucilkan oleh teman-temannya, sehingga anak berpikir bahwa ia
tidak berguna di dunia nyata. Sedangkan, di dunia game bisa saja ia menjadi
pahlawan bahkan menjadi raja yang bisa menguasai semuanya dan merasa lebih
dihargai dan berguna untuk yang lain. Jadi anak tersebut seakan menjadi seorang
pecundang di dunia nyata, tetapi ia bisa menjadi pahlawan di dunia game. Dari
sinilah terjadi masalah tentang anak yang kecanduan game
Anak yang kecanduan game ini sudah marak sekali terjadi
di masyarakat zaman sekarang. Menurut pengalaman saya, masalah kecanduan ini
diakibatkan yang pertama, karena kurangnya pendampingan dari orang tua. Disini
orang tua kebanyakan membiarkan anak-anak mereka yang sedang bermain game dan
tidak mendampingi. Bahkan ada orang tua yang merasa lebih tenang ketika
anak-anak mereka sedang bermain game, karena orang tua akan memiliki waktu
untuk mengurus rumah atau melakukan kegiatan lain dan merasa kewajiban
mendampingi atau mengurus anak sudah terwakili. Ketika anak bermain game anak
cenderung tidak banyak tingkah dan lebih tenang. Sehingga, orang tua tidak
terlalu khawatir dan tidak melakukan pendampingan.
Yang kedua, orang tua yang terlalu memanjakan anaknya.
Maksudnya di sini adalah ketika seorang anak yang seharusnya belum waktunya
untuk memiliki getged dan sejenisnya, tetapi orang tua membelikan dan
memberikan kebebasan memiliki getged tanpa adanya pengawasan. Sehingga, yang
seharusnya anak itu bermain dengan teman sebayanya, tetapi anak-anak lebih
memilih untuk bermain dengan getged yang telah mereka miliki dan cenderung
bersifat individual serta susah untuk bergaul dengan teman sebayanya.
Sekarang telah kita ketahui, bahwa dibalik game yang
kadang membuat anak lebih tenang dan mengurangi kekhawatiran orang tua justru
memiliki dampak negatif yang lebih kompleks lagi, jika orang tua tidak
melakukan pengawasan dan pendampingan yang intens terhadap game yang dimainkan
oleh anak. Dari setiap masalah yang ada pasti akan ada cara untuk bisa
menyelesaikannya, termasuk juga masalah kecanduan game ini. Beberapa cara yang
dapat dicoba dan diterapkan untuk mengatasi masalahanak yang kecandua game
adalah:
1.
Sediakan waktu yang lebih banyak untuk bersama dan
menemani anak. Agar anak merasa lebih diperhatikan dan tidak kesepian. Serta
berikanlah permainan yang menarik dan bermanfaat untuk menggantikan game yang
disenangi.
2.
Rencanakan waktu untuk keluar rumah bersama untuk bermain
dengan teman-temannya, agar anak bisa bersosialisasi dan tidak selalu berada di
dalam rumah serta tidak terpaku pada game.
3.
Kembangkanlah cara berkomunikasi yang baik dan lebih enak
serta nyambung dengan anak.
4.
Berikanlah reward kepada anak ketika anak berhasil
melakukan sesuatu, baik dalam hal yang berhubungan dengan sekolah maupun non
sekolah. Sehingga anak merasa lebih dihargai dan tidak terlalu tergantung lagi
dengan game yang disenangi, karena sudah merasa dianggap.
5.
Usahakan memahami kebutuhan anak, dengan cara mempelajari
game-game yang dimainkan oleh anak.
6.
Jangan marah-marah kepada anak ketika mereka sedang
bermain game. Karena akan membuat mereka semakin merasa tidak dihargai dan
membuat mereka terluka. Bujuklah anak-anak dengan kata-kata yang indah dan
penuh kasih sayang.
7.
Berilah pengawasan kepada anak ketika mereka sedang
bermain game. Agar game yang dimainkan oleh anak sesuai dengan mereka dan
mengurangi dampak negatif yang akan muncul dari game tersebut.
Beberapa cara diatas jika dilihat dari perspektif
Al-Qur’an dapat dilihat dalam surat Al-Baqarah ayat 233
والوالدات يرضعن أولادهن حولين كاملين لمن أراد أن يتم
الرضاعة و على المولود له رزقهن و كسوتهن بالمعروف لا تكلف نفس إلا وسعها لا تضار
والدة بولدها ولا مولود له بولده و على الوارث مثل ذلك.....(البقرة <2>:233)
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya
selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan
kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut.
Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena
anaknya. Ahli warispun (berkewajiban) seperti itu pula....”.
Dari ayat ini dapat dijelaskan bahwa, kewajiban orang tua
adalah memberi nafkah kepada anak-anak mereka, nafkah tidak hanya selalu berupa
materi atau benda yang berwujud. Tetapi perhatian, pengawasan, waktu bersama
dan kasih sayangpun merupakan nafkah yang harus dipenuhi kepada anak-anak
sebagai tanggung jawab dari orang tua. Dari ayat ini juga orang tua diwajibkan
mengetahui kebutuhan dari anak-anak. Kebutuhan apa yang dibutuhkan anak dan apa
yang tidak harus dipenuhi terlebih dahulu.
Ayat lain yang berkaitan adalah surat An-Nahl ayat 97
من عمل صالحا من
ذكرأو أنثي وهو مؤمن فلنحيينه حيوة طيبة و لنجزينهم أجرهم بأحسن ما كانوا يعملون.
(النحل <17>:97)
Artinya: “ Barang siapa yang mengerjakan kebajikan, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami berikan balasan dengan pahala yang
lebih baik dari yang telah mereka kerjakan”.
Ayat di atas menerangkan bahwa, Allah akan memberikan
balasan kepada hamba-Nya yang mau berbuat kebaikan yangmana menjadi contoh
untuk orang tua memberikan hadiah atau reward kepada anak-anak, ketika mereka
berhasil melakukan sesuatu yang baik dan benar agar mereka merasa lebih
dihargai. Dikutip dari buku Cara Islam Mendidik Anak-anak Syekh Khalid
mengatakan, bahwa sesungguhnya pendidikan anak tidak akan baik kecuali dengan
pemahaman yang cermat dan sempurna disertai dengan kesabaran yang terus menerus
terhadap gerakan anak dan tindakannya yang tanpa pertimbangan.
Selain dilihat dari perspektif Al-Qur'an, juga dapat
dilihat dari perspektif Hadits. Sebuah hadits yang berarti, “ Rasulullah
bersabda: Mudahkanlah jangan dipersulit. Gembirakanlah, jangan membuat mereka
lari”. Hadits ini berarti bahwa, ketika orang tua berbicara dengan anak-anak
mereka seharusnya menggunakan bahasa yang enak dan nyambung untuk anak-anak
yang membuat mereka lebih nyaman dan tidak merasa terganggu. Jangan menggunkan
bahasa atau suara keras yang cenderung seperti orang yang sedang marah, karena
akan membuat anak-anak tidak nyaman dan merasa terancam.
Hadits lain yang berkaitan adalah hadits yang
diriwayatkan oleh Tirmidzi “Dari Usamah bin Yazid yang berkata: saya mengetuk
pintu rumah Rasulullah SAW. Karena ada keperluan. Lalu keluarlah Rasulullah
sembari menyelimuti sesuatu yang tidak aku tahu. Ketika keperluanku selesai,
aku bertanya: ‘apa yang Engkau selimuti ya Rasulullah?’. Lalu Rasulullah
membukanya dan terlihatlah Hasan dan Husain, lalu Rasulullah bersabda:
‘keduanya adalah putraku, putra dari anak perempuanku. Sesungguhnya aku
menyayangi mereka dan menyukai orang menyayangi mereka”. Hadits ini menunjukkan
betapa sayangnya Rasulullah kepada anak-anak dan memberikan contoh kepada orang
tua agar memberikan kasih sayang yang selayaknya harus diberikan kepada
anak-anak mereka dengan kelembutan dan kasih sayang anak-anak akan lebih
mengerti dan menurut apa yang diinginkan oleh orang tua. Atau bisa dikatakan
orang tua memberikan pendidikan yang bersifat humanis.
Di atas telah dijelaskan dalam perspektif Al-Qu’an dan
Hadits, sekarang dilihat dari perspektif teori belajar. Dilihat dari teori
behavioristik yang mana berpendapat bahwa, tingkah laku manusia itu
dikendalikan oleh reward dan reinforcement dari lingkungan. Yang
mana dapat diartikan bahwa, ketika seorang anak itu melakukan sesuatu yang baik
seharusnya orang tua memberikan hadiah yang layak, juga memberikan pengutan
agar anak mau melakukan sesuatu yang baik yang sudah pernah dilakukannya serta
orang tua dapat mengontrol dan mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan oleh
anak-anak.
Teori humanistik, merupakan sebuah teori yang
mengungkapkan bagaimana seseorang itu bisa mendidik manusia dengan cara yang
manusiawi. Yangmana teori ini sering dikatakan dengan teori memanusiakan
manusia. Di sini, menurut teori ini orang tua ketika ingin mendidik anak harus
tau bagaimana kebutuhan anak yang
sebenarnya, bagaimana orang tua memberikan perilaku yang baik kepada anak-anak,
sehingga anak-anakpun tidak merasa kecewa dengan apa yang orang tua mereka
lakukan dan mau melaksanakan apa yang diinginkan oleh orang tua. Dan orang
tuapun harus memiliki waktu yang lebih banyak untuk anak-anak mereka.
Dilihat dari
teori neorosains, dimana pendidikian itu didasarkan pada bagaimana kemampuan si
anak. Dari teori ini orang tua seharusnya, medidik anak dengan cara, yang
pertama bagaimana orang tua itu bisa mengerti bagaimana perasaan anak pada saat
itu, yaitu orang tua memberikan sentuhan emosional kepada anak, jika anak
sedang bermain game, maka orang tua harus mengenal game-game yang anak-anak
suka dan jika bisa orang tua juga harus bisa mempelajarinya. Selanjutnya, orang
tua seharusnya menggunakan bahasa yang enak, nyambung dan nyaman untuk
anak-anak ketika orang tua ingin membujuk anak untuk berhenti bermain game.
Karena, anak-anak akan lebih senang jika mereka bisa mendapatkan kasih sayang
yang selayaknya.
Anak-anak, merupakan harta terpendam orang tua yang harus
benar-benar dijaga. Anak-anak memiliki dunia mereka sendiri, mereka bisa bahagia
dengan cara mereka sendiri dan mereka juga bisa bersedih dengan cara mereka
sendiri. Tugas orang tua untuk memberikan pengawasan dan kasih sayang kepada
mereka, agar mereka mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya dan tidak tersesat
ke jalan yang membuat mereka bersedih dan menyesal.
0 komentar:
Posting Komentar